tari tunggal nusantara

MATERI

Jenis tarian yang diajarkan

blupulse.gif (476 bytes) Tari Panyembrama

Larik kata Panyembrama bermakna penyambutan, dimana hal tersebut terangkum pada gerak tari ini yang melukiskan keramahan serta penghormatan. Serpih-serpih kembang yang ditaburkan ke hadapan para tamu adalah ungkapan selamat datang. Tari ini tercipta awal tahun tujuh puluhan oleh seniman I Nyoman Kaler (Alm).

blupulse.gif (476 bytes) Tari Oleg TamulilinganTari ini berkisah tentang keindahan dari sepasang kumbang yang sedang bercengkerama diantara mekarnya bebunggan di taman nirwana. Ketika kumbang betina sedang asyik menikmati sari puspa warna dengan riangnya, datanglah kumbang jantan yang jenaka menggodanya. Mereka berkejaran kian kemari dan tak lama kemudian mereka pun memadu kasih dengan mesranya. Diciptakan oleh Bapak Ketut Mario pada tahun 1962. blupulse.gif (476 bytes) Tari CendrawasihTari ini melantunkan kelembutan serta kemesraan dari sepasang burung cendrawasih saat menghiasi alam sekelilingnya dengan tarian cinta mereka yang tersusun atas warna-warni pelangi terpendar dalam rangkuman gerak mereka yang indah bagaikan penggalan puisi para pujangga. Merupakan buah cipta Ibu Swasti Bandem, SST.
blupulse.gif (476 bytes) Tari Panji SemirangTari ini mengambil tema dari serat panji, dimana  digambarkan tingkah laku yang anggun nan penuhperbawa dari tokoh Chandra Kirana saat menyamar sebagai taruna tampan dalam upaya mencari kekasihnya yang tercinta, Raden Inu Kertapati. Tari ini adalah buah karya I Nyoman Kaler (Alm) sekitar tahun 1942. blupulse.gif (476 bytes) Tari Kebyar Duduk blupulse.gif (476 bytes) Tari Kupu-kupu
blupulse.gif (476 bytes) Tari MargapatiBuah karya Bapak Nyoman kaler ini diciptakan tahun 1942. Kata marga berasal dari ‘mrega’ yang berarti binatang, sedang pati berarti mati. Gerak-gerik raja hutan yang sedang mengintai dan siap membinasakan mangsanya telah memberikan inspirasi pada penciptanya untuk menggubah tarian ini. blupulse.gif (476 bytes) Tari Guwak Macok blupulse.gif (476 bytes) Tari BelibisTari ini bertutur tentang Prabhu Anglingdharma yang telah melanggar sumpah setia istrinya, sehingga ia beealih ujud menjadi seekor burung belibis. Dalam pengembaraannya bergabunglah ia dengan belibis lainnya, bersama-sama mereka memamerkan tarian yang indah gemulai sertaanggun mempesona yang selalu mewarnai gerak kehidupan mereka. tari ini adalah hasil kreasi Ibu Swasti Bandem, SST.
blupulse.gif (476 bytes) Tari Manukrawatari ini melukiskan sekelompok burung yang sedang berkiprah dengan riangnya pada lingkungan hidupnya yang asri lestari. Kecipak langkah serta kibasan sayap mereka yang menawan tampil dengan indahnya pada keseluruhan gerak tari ini. blupulse.gif (476 bytes) Tari PendetGerak tari ini melukiskan keramahan serta penghormatan. Serpih-serpih kembang yang ditaburkan ke hadapan para tamu adalah ungkapan selamat datang. Tari ini tercipta awal tahun tujuh puluhan oleh seniman I Nyoman Kaler (Alm). blupulse.gif (476 bytes) Tari Janger
blupulse.gif (476 bytes) Tari Legong KeratonTari klasik tradisional ini menceritakan tentang penolakan pernyataan cinta Prabu Lasem oleh Dyah Langkesari, yang telah mempunyai kekasih, Raden Asmarabangun. Oleh penolakan tersebut Prabu Lasem menjadi murka sehingga timbullan perseteruan antara Prabu Lasem dengan burung garuda yang merupakan utusan dari Raden Asmarabangun. Dengan dukungan gerak yang ritmis dinamis dan cenderung abstrak, tari ini tampil sangat memukau. blupulse.gif (476 bytes) Joged Menceritakan tentang muda-mudi yang sedang bergembira blupulse.gif (476 bytes) Tari Kreasi Baru lainnya
blupulse.gif (476 bytes) Tari PendetAwal mula tari ini adalah tari pemujaan yang biasa diperagakan di pura (Tempat suci umat Hindu di Indonesia). Tri ini menggambarkan penyambutan atas turunnya Dewa-dewi ke alam marcapada. Dalam perjalanan waktu kemudian tari ini menjadi pertunjukan yang fungsinya sama dengan tari Panyembrama, sementara tarian aslinya masih mengandung fungsi religius. blupulse.gif (476 bytes) Tari Kidang KencanaCerita tentang sekumpulan kijang yang elok berbulu keemasan, yang biasa hidup di alam dongeng telah mengilhami tari ciptaan Bapak Ngurah Supartha ini. Lagak lugu mereka yang jenaka saat bermain dan bercanda di bawah sinar bulan purnama, mendaki bukit-bukit kecil serta menyusuri lembah hijau tampil ddengan rancaknya dalam untraian gerak tari yang mempesona ini. blupulse.gif (476 bytes) Tari Baris PotetTari ini mengisahkan tentang Kediri yang sedang tenggelam dalam mabuk kemenangan, di bawah panglima Prabangsa yang ugal-ugalan. Seluruh pasukannya berhura-hura di sepanjang perjalanan, sehingga banyak menimbulkan gerak kocak yang mengundang tawa.
blupulse.gif (476 bytes) Tari Putri AngangsuhTari ini membawa cerita tentang kehidupan para gadis desa di Pulau Dewata, dimana pada saat-saat senja mereka menjelang pergi bersama untuk mengambil air di pancuran. Senda gurau serta canda ceria mereka telah kuasa menghiasi alam sekitarnya terwujud dengan cantiknya dalam tari garapan I Nyoman Suarsa ini. blupulse.gif (476 bytes) Tari Srikandi Duta

  •  

  • Dipublikasi di tari tungga nusantara | Meninggalkan komentar

    Tari Tunggal Daerah Jawa Tengah

    Tari Gambyong dan Asal usulnya

    Tari Gambyong merupakan tarian tradisional khas Jawa Tengah yang telah ada sejak dulu. Konon, Tari Gambyong tercipta dari nama Gambyong, seorang penari yang hidup pada zaman Kesunanan Surakarta berada di bawah pemerintahan Sinuhun Paku Buwono keenam sekitar tahun 1800-an. Di Surakarta, Gambyong dikenal sebagai sosok wanita yang cantik jelita.

    Begitu cantiknya paras Gambyong, nama sang penari itu terkenal hingga ke lingkungan Kesunanan Surakarta. Atas permintaan Sinuhun Paku Buwono keenam, Gambyong ketika itu pernah mengadakan pertunjukan di lingkungan Kesunanan Surakarta. Sejak saat itulah, tarian yang dimainkan oleh Gambyong itu dikenal dengan nama Tari Gambyong.
    Awalnya, Tari Gambyong hanya dimainkan di lingkungan Kesunanan Surakarta sebagai pertunjukan hiburan bagi Sinuhun Paku Buwono keenam dan tari penyambutan ketika ada tamu kehormatan berkunjung ke Kesunanan Surakarta.
    Namun seiring dengan perkembangan jaman, tarian ini juga dimainkan sebagai hiburan pertunjukan bagi masyarakat luas. Biasanya, tari Gambyong dimainkan ketika warga Jawa Tengah menyelenggarakan pesta pernikahan adat. Sebagai promosi budaya Jawa Tengah, Gambyong juga seringkali dimainkan di beberapa daerah selain Surakarta, seperti di Jakarta dan lain-lain. 

    Seperangkat gamelan Jawa yang terdiri dari gong, gambang, kendang, serta kenong menjadi musik pengiring pertunjukan Tari Gambyong. Dari sekian banyak alat musik, yang dianggap sebagai otot tarian Gambyong yakni Kendang. Karena selama pertunjukan berlangsung, Kendang itu yang menuntun penari Gambyong untuk menari mengikuti lantunan tembang atau lagu berbahasa Jawa.

    Gerakan para penari wanita yang lemah gemulai menjadi ciri khas dari Tari Gambyong yang konon, gemulai gerak dari tarian itu menunjukkan sikap dan watak para wanita Jawa Tengah yang identik dengan lemah gemulai. Kesan tersendiri juga dapat anda temukan ketika penari Gambyong menampilkan perpaduan gerak tangan dan kaki sambil memainkan sehelai kain selendang yang dikalungkan di leher.

    Gambaran kelembutan sikap dan watak wanita Jawa Tengah tidak hanya terlihat dari gerak tariannya, melainkan juga dari tata rias penarinya. Selama pertunjukan berlangsung, penari Gambyong mengenakan pakaian khas penari wanita Jawa Tengah yakni kain kemben dengan bagian bahu terbuka sebagai atasan dan kain panjang bermotif batik sebagai bawahan. Dalam pertunjukan Gambyong, penampilan penari Gambyong juga dinilai memiliki peran penting. Konon, semakin cantik paras penarinya, keistimewaan dari pertunjukan Gambyong dapat diperoleh.

    Smoga kita Khususnya Orang Jawa Tengah dapat melestarikan kebudayaan kita

    Sumber: Dari berbagai Kutipan

    Awal Mula Tari Pendet

    Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi “ucapan selamat datang”, meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius.

    Pencipta atau koreografer bentuk modern tarian ini adalah I Wayan Rindi sekitar Th 1967.

    Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.

    Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.

    Tari pendet sempat menjadi Kontroversi antara Malaysia dan Indonesia karena tampil dalam program televisi Enigmatic Malaysia Discovery Channel.

    Menurut pemerintah Malaysia, mereka tidak bertanggung jawab atas iklan tersebut karena dibuat oleh Discovery Channel Singapura, kemudian Discovery TV melayangkan surat permohonan maaf kepada kedua negara, dan menyatakan bahwa jaringan televisi itu bertanggung jawab penuh atas penayangan iklan program tersebut. Meskipun demikian, insiden penayangan pendet dalam program televisi mengenai Malaysia ini sempat memicu sentimen Anti-Malaysia di Indonesia.

    Dipublikasi di tari tunggal daerah Jawa Tengah | Meninggalkan komentar

    Tari Kelompok Daerah Jawa Tengah

    Tari Bedhaya, Tarian Mistik yang Sakral

    Tari Bedhaya adalah sebuah tarian sakral yang bernama tarian bedoyo ketawang atau di sebut juga tarian langit, yaitu suatu upacara yang berupa tarian dengan tujuan pemujaan dan persembahan kepada Sang Pencipta Allah SWT

    Konon kabarnya Tari Bedhaya Ketawang di Keraton Surakarta Cuma diperagakan oleh tujuh wanita saja. Namun dalam perkembangan selanjutnya, karena tari ini dianggap sebuah tarian khusus dan dipercaya sebagai tari yang amat sakral kemudian diperagakan oleh sembilan orang penari.

    Dari kesembilan penari tersebut 8 penari diperankan oleh putri-putri yang masih ada hubungan darah dan kekerabatan dari keraton dan seorang penari gaib yag dipercaya sebagai sosok Nyai Roro Kidul, (Wallohu A’lam Bissawab)

    Berbeda dengan tarian lainnya, Bedhaya Ketawang ini semula khusus diperagakan oleh abdi dalem Bedhaya Keraton Surakarta. Iramanya pun terdengar lebih luruh (halus) dibanding dengan tari lainnya semisal Srimpi, dan dalam penyajiannya tanpa disertai keplok-alok (tepuk tangan dan perkataan).

    Dikatakan Tari Bedhaya karena tari ini menyesuaikan dengan gendingnya, seperti Bedhaya Gending Ketawang Ageng (Karya Penembahan Senapati) Bedhaya Gending Tejanata dan Sinom (karya PB IX) Bedhaya Pangkur (karya PB VIII), Miyanggong (karya PB IV), Duradasih (karya PB V), dan lainnya.

    Tentang siapa pencipta tari Bedhaya Ketawang itu sendiri sampai sekarang memang masih rancu.

    Bedoyo Ketawang misalnya menurut Sinuhun Paku Buwono X menggambarkan lambang cinta birahi Kanjeng Ratu Kidul pada Panembahan Senopati, segala gerak melambangkan bujuk rayu dan cumbu birahi, walaupun dapat dielakkan Sinuhun, Kanjeng Ratu Kidul tetap memohon agar Sinuhun ikut bersamanya menetap di dasar samodera dan bersinggasana di Sakadhomas Bale Kencana ( Singgasana yang dititipkan oleh Prabu Rama Wijaya di dasar lautan) dan terjadilah Perjanjian/Sumpah Sakral antara Kanjeng Ratu Kidul dan Raja Pertama tanah Jawa, yang tidak dapat dilanggar oleh Raja-Raja Jawa yang Turun Temurun atau Raja-Raja Penerus.

    Satu sumber menyebutkan bahwa tari ini diciptakan oleh Penembahan Sanapati-Raja Mataram pertama-sewaktu bersemadi di Pantai Selatan. Ceritanya, dalam semadinya Penembahan Senapati bertemu dengan Kanjeng Ratu Kencanasari (Ratu Kidul) yang sedang menari. Selanjutnya, penguasa laut Selatan ini mengajarkannya pada penguasa Mataram ini.

    Sumber lainnya menyebutkan bahwa Tari Bedhaya Ketawang ini diciptakan oleh Sultan Agung Anyakrakusuma (cucu Panembahan Senapati). Menurut Kitab Wedhapradangga yang dianggap pencipta tarian ini adalah Sultan Agung (1613-1645), raja terbesar dari kerajaan Mataram bersama Kanjeng Ratu Kencanasari, penguasa laut Selatan. Ceritanya, ketika Sultan Agung sedang bersemadi, tiba-tiba mendengar alunan sebuah gending. Kemudian Sultan Agung berinisatif menciptakan gerakan-gerakan tari yang disesuaikan dengan alunan gending yang pernah didengar dalam alam semadinya itu. Akhirnya, gerakan-gerakan tari itu bisa dihasilkan dengan sempurna dan kemudian dinamakan Tari Bedhaya Ketawang.

    Sumber: Agama dan Kerohanian asli Indonesia

    Mari Mengenal Tari Gambang

    Tari Gambang Berasal dari Semarang, Jawa Tengah, Kesenian ini merupakan perpaduan antara tari dengan diiringi alat musik dari bilah-bilah kayu dan gamelan jawa yang biasa disebut “Gambang”, sehingga tari ini lebih banyak disebit tari Gambang Semarang.

    Di Semarang Biasanya Taruan ini Muncul pada event-event tertentu, Misal : Festival Dugderan, Festifal Jajan Pasar.

    Tari Gambang Semarang telah ada sejak tahun 1930 dengan bentuk paguyuban yang anggotanya terdiri dari pribumi dan peranakan Cina dengan mengambil tempat pertunjukan di gedung Pertemuan Bian Hian Tiong di Gang Pinggir.

    Jenis alat musik yang dipakai adalah kendang, bonang, kempul, gong, suling, kecrek, gambang serta alat musik gesek (konghayan/tohyan/biola). Disamping musik ada penari dan penyanyinya.

    Mari kita Pertahankan kesenian daerah ini dan juga yang lainnya sebagai wujud kepedulian kita terhadap Kebudayaan Bangsa Indonesia

    Sumber: http://semarang.go.id/pariwisata/index.php?

     

    Dipublikasi di tari kelompok daerah Jawa Tengah | Meninggalkan komentar

    Hello world!

    Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

    Dipublikasi di Uncategorized | 1 Komentar